Akhir-akhir ini, scene musik kota Malang dimeriahkan oleh fenomena Studio Gigs. Itu loh, gigs sederhana yang digelar di dalam studio musik. Di mana band beragam genre tampil langsung disaksikan oleh teman-teman dekat atau fans-nya. Acara ini sudah sering digelar, bahkan nyaris rutin hampir dua minggu sekali. Band yang tampil pun cukup beragam, mulai dari punk, hardcore, metal, sampai grindcore. Mulai dari band lokal Malang, sampai guest band dari Jakarta, Bandung, bahkan pernah ada band dari Australia segala!…

 

Konon acara studio gigs ini berawal dari inisiatif para band itu sendiri yang lalu digarap oleh organiser kolektif serta pengelola studio musik selaku sang pemilik ‘venue’. Mungkin awalnya sebagai alternatif ketika venue biasa sudah mulai ditutup, dipersulit ijinnya, atau kelewat mahal sewanya. Juga menjadi ‘showcase’ bagi band-band baru [new-comer] untuk unjuk gigi – karena mungkin peluang mereka untuk tampil dalam konser bersama band-band cadas yang lebih ‘populer’ itu terbilang susah dan butuh proses. Sebuah bukti eksistensi rasanya. It’s a good thing!…

 

Studio gigs?! Sebenarnya ini bukan barang baru. Di luar negeri sana sudah eksis sejak lama dan relatif sering digelar. Konsepnya hampir sama. Tampil live di dalam studio musik. Ditonton langsung oleh fans, kerabat, pers atau undangan khusus. Cenderung lebih spontan, intim, santai, dan komunikatif – dibandingkan event musik pada umumnya. Coba bayangkan menonton band yang sedang latihan deh. Seperti itu biasanya. Jelas akan banyak diselingi canda bahkan kesalahan tehnis seperti salah kord, gitar fals, senar putus, atau cymbals yang roboh. A lot of fun!…

 

Studio gigs juga bisa jadi ajang promo atau showcase bagi band yang baru merilis karya album baru. Bahkan ada sejumlah band luar sana yang mengundang fans-nya dalam sesi latihan di studio. Aneh memang, tetapi siapa yang tidak antusias melihat bagaimana cara Muse atau Chimaira bikin lagu di studio?! Siapa tahu band lokal macam Extreme Decay, Screaming Factor atau Begundal Lowokwaru juga tertarik menjalankan metode ini.

 

Namun, jika saja studio gigs yang ada di Malang ini dikemas secara lebih menarik lagi pasti keren. Band-nya tidak perlu banyak-banyak. Cukup 3-5 band aja, jadi mereka bisa tampil santai dan maksimal. Kalau bisa band-nya juga lebih komunikatif kepada audiens. Setidaknya kasih cerita atau prolog di tiap lagu. Kalau perlu membongkar karakter sound dan musik mereka. Yah, semacam presentasi kecil-kecilan lah…

 

Contoh yang paling dekat dan bisa ditiru tentang konsep studio gigs mungkin adalah tayangan Live From Abbey Road yang disiarkan Metro TV setiap pekan. Memang bukan murni studio gigs sih, tetapi agak mirip dan bisa jadi inspirasi. Di studio legendaris itu, Iron Maiden pernah tampil santai, pake kaos sport, dan bertelanjang kaki. Mereka bercerita detil tentang musiknya – mulai dari stori di balik lagu, lirik, sampai melodi gitarnya. Cukup sederhana, tapi enak ditonton…

 

Kembali ke Malang, semoga ajang studio gigs bisa lebih eksis, variatif dan menarik. Tetap rutin dijalankan dengan penuh gairah, inovasi dan kreatifitas. Sehingga tidak sekedar ajang ‘pelampiasan rasa frustasi’ ketika venue tidak ada, atau band gak pernah diundang show. Yups, sebab studio gigs itu milik siapa saja – band apapun, semua genre, band besar atau kecil. Paling tidak kawan-kawan penggagas studio gigs selama ini sudah menunjukkan sebuah eksistensi dan siap berproses lebih jauh. Oke, sampai jumpa di studio!…

 

[494.28.6]

Artikel di atas pernah dimuat di Common Ground fanzine edisi